Pertanian merupakan sektor yang paling bertahan dalam masa pandemi Covid-19, dengan tumbuh sebesar 16,24% ketika sektor lain mengalami penurunan. Hal ini didukung pola konsumsi masyarakat yang menempatkan bahan pokok sebagai prioritas pengeluarannya (99,99%).
Adanya pandemi Covid-19 yang terjadi tahun 2019 lalu, tidak hanya membawa masalah bagi kesehatan masyarakat. Namun juga berimplikasi luas termasuk pada sektor pangan yang bisa mengganggu ketahanan pangan nasional, provinsi, kota/kabupaten maupun keluarga. Kementerian Pertanian meminta kepada petani dan penyuluh untuk memperkuat Gerakan Ketahanan Pangan Nasional di masa pandemi. Menteri Pertanian menyampaikan “ada empat metode untuk mencapai ketahanan pangan, yaitu penguatan cadangan, peningkatan kapasitas produksi, sistem logistik pangan, diversifikasi pangan lokal dan pengembangan pertanian modern. Pengembangan pertanian modern ini dilakukan melalui pengembangan korporasi petani, pengembangan food estate, pengembangan smart farming dan pemanfaatan screen house.
Smart farming diterapkan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi antara sistem informasi manajemen, teknologi presisi dan cyber physical system. Keberlanjutan pertanian 4.0 sangat tergantung pada ketersediaan data (big data), ketersediaan jaringan internet, SDM yang kompeten, regulasi pemerintah, lembaga pengelola, dukungan dana pemerintah dan pada partisipasi petani.
Semua sektor telah menerapkan digitalisasi, menggunakan teknologi dan mekanisasi. Pada era 4.0 ini sangat dekat dengan generasi milenial. Oleh karena itu, ke depannya generasi milenial diharapkan untuk terjun ke sektor pertanian sekaligus memajukannya. Kemajuan teknologi kini merambah pada sektor pertanian. Digitalisasi pertanian bisa jadi solusi swasembada pangan dan generasi petani milenial menjadi salah satu SDM yang perlu dipersiapkan sebagai kuncinya. Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk memajukan sektor pertanian di era 4.0.
1. Membangun learning center bagi para petani di daerah.
2. Mempersiapkan generasi-generasi baru petani.
Masyarakat Indonesia telah menjadi masyarakat digital karena kemudahannya dalam mengakses informasi melalui berbagai platform teknologi digital yang menawarkan inovasi fitur dari media komunikasi yang semakin interaktif.
Pengertian Smart Farming
Smart farming (pertanian pintar) merupakan kegiatan pertanian yang memanfaatkan penggunaan platform yang dikonektivitaskan dengan perangkat teknologi seperti tablet dan handphone dalam pengumpulkan informasi (contoh: status hara tanah, kelembaban udara, kondisi cuaca dan sebagainya) yang diperoleh dari lapang dari perangkat yang ditanamkan pada lahan pertanian. Smart farming merupakan konsep pertanian berbasis pada precision agriculture yang memanfaatkan otomatisasi teknologi yang didukung oleh manajemen big data, machine learning/kecerdasan buatan dan Internet of Things (IoT) untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas produksi dalam rangka mengoptimalkan sumber daya lahan, teknologi budidaya, SDM dan sumber daya produksi yang lainnya.
Konsep Smart Farming
Smart farming sendiri bisa diartikan sebagai sistem pertanian yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (IT) dalam proses pelaksanaannya untuk mencapai target yang telah ditentukan. Konsep smart farming ini seringkali diidentikkan dengan Percision Agriculture (Pertanian Persisi).
Konsep Smart Farming
• Aplikasi dari smart farming mencakup monitoring hasil pertanian, pemetaan lahan pertanian, manajemen irigasi, penyimpanan produk pertanian, delivery produk pertanian ke konsumen, dan lain sebagainya.
• Smart agriculture adalah teknologi di era industri 4.0 untuk pengembangan pertanian modern yang disebut juga dengan Agriculture 4.0.
• Evolusi dari precision farming.
Cara Kerja Smart Farming
Melalui aplikasi Smart Farming System, pihak pengelola lahan pertanian bisa melakukan monitoring dan kontrol terhadap lahan melalui antarmuka web. Sistem akan memberikan pantauan berbagai parameter penting lahan, seperti kelembaban tanah, suhu dan kondisi angin.
Keuntungan yang bisa diperoleh dari smart farming yaitu meningkatkan pendapatan dan keuntungan petani, meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat desa, meningkatkan produksi tanaman, biodiversitas (keanekaragaman hayati) serta konservasi air.
Contoh penerapan smart farming yaitu Habibi Garden merupakan perusahaan teknologi presisi berbasis IoT yang memungkinkan juga berkomunikasi dengan tanaman.
0 Komentar